Sunday, May 15, 2016

16 May 2016 Journal

Ini sudah hari ke 16 artinya saya sudah tidak lagi mengabdi pada satu perusahaan yang telah memberikan saya pengalaman dan pelajaran selama lebih dari 2 tahun. Ya, saya telah memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya sebagai seorang banker (Relationship Manager lebih tepatnya, atau mungkin orang jaman dulu sebut Account Officer). Intinya pekerjaan saya adalah berkaitan dengan Sales dan pencapaian target. Keputusan untuk keluar ini sudah saya pikirkan lebih dari 1 tahun, tapi memang butuh mental yang matang dan restu dari orang-orang sekitar. Yang paling penting adalah dari orang tua saya dan calon suami saya. Calon suami saya sudah mantap untuk mendukung langkah saya keluar, hal ini berkaitan dengan prinsip. Dia memang orang yang memegang prinsip bahwa lakukan apa yang membuat kamu senang. Bukan saya benci untuk bekerja menjadi seorang Banker, tapi saya merasa itu bukan panggilan saya, saat ini. Banyak sekali yang saya ingin coba. Menjadi seorang Banker sangat amat menyita waktu saya. Berangkat pagi pulang malam, memang saya masih single dan belum berkeluarga, tapi saya sangat visioner dan memikirkan dampaknya dalam jangka panjang. Saya akan sharing  nanti mengenai pemikiran saya ini.

Yang paling sulit adalah meyakinkan orang tua saya, terutama ayah saya. Saya anak pertama dari dua bersaudara, dan saya tau ayah saya sangat amat concern mengenai segala sesuatu terkait hidup saya. Dia tau keinginan saya untuk keluar dari pekerjaan saya, yang dia syaratkan hanya agar saya mendapatkan pekerjaan baru sebelum saya keluar. Saya sudah mencoba untuk melamar ke beberapa perusahaan lain, ada yang sudah memanggil untuk interview tapi memang belum beruntung saja. Saya merasa dalam diri saya bahwa itu bukan panggilan saya. Saya sampai kehilangan akal bagaimana caranya supaya saya bisa meyakinkan ayah saya bahwa saya mampu untuk bekerja keras dengan membangun mimpi saya sendiri tanpa harus bergantung pada perusahaan orang lain. Ayah saya mendukung apapun yang saya inginkan, syaratnya cuma itu. Sampai di akhir tahun 2015, saya harus masuk rumah sakit karena tipes. Panas saya tinggi hingga mencapai 39.8 derajat. Dokter langsung menyarankan untuk opname. Sekitar 5 hari saya di rawat. Memang saat itu waktu saya sangat tersita oleh pekerjaan dan bisnis yang mulai saya rintis. Setiap weekdays saya mengabdi untuk perusahaan dan hari libur saya selalu sempatkan untuk mengurusi bisnis saya. Saya sampai hampir tidak punya waktu untuk mengurusi diri saya sendiri. Tapi saya senang, karena setiap hari saya selalu menunggu weekend untuk segera datang dan pada saat weekend saya melakukan apa yang membuat saya bahagia.

Oke kembali lagi pada saat saya di opname. Orang tua saya tinggal di Surabaya, dan saya sekarang tinggal di Jakarta bersama adik saya. Saya mencari pekerjaan di Jakarta karena adik saya ingin melanjutkan kuliah di Jakarta. Jadi saya harus menjaga dia, maklum anak bontot pasti banyak yang khawatir. Jadi pada saat saya di opname karena kecapaian, akhirnya ayah saya mengatakan sesuatu yang membuat saya lega “Ya sudah ayah ridho kalau kamu mau resign, daripada sakit-sakitan setiap tahun.” Jadi sejarahnya memang di tahun 2015 kemarin saya sempat kena gejala tipes 2x dan ambruk di akhir tahun lalu. Pada saat saya kena gejala tipes itu saya menolak untuk dirawat dan bahkan saya tetap bekerja, karena memang tunggakan pekerjaan yang menumpuk.

Setelah mendapat ridho dari ayah saya, saya akhirnya memutuskan untuk memberikan surat pengunduran diri di pertengahan Maret 2016, karena ada 1-month notice di kantor saya. Singkat cerita, akhirnya saya keluar dari kantor saya dan sampailah saya pada hari ini. Mulai dari tanggal 1 May 2016 saya sudah resmi keluar dari kantor lama. Jadi sudah 16 hari saya bekerja dari rumah.

Saya mengurusi usaha yang baru saya rintis. Berhubung saya sangat suka belanja dan saya juga suka membantu orang-orang terdekat saya untuk memilihkan outfit yang cocok untuk segala kebutuhan, jadi saya memutuskan untuk membuka fashion brand sendiri. Brand saya sudah saya mulai dari bulan September 2015. Cuma memang karena fokus terelah dengan pekerjaan saya yang lama, jadi progresnya lambat sekali. Saya sudah sempat ikut beberapa pop up bazaar, sudah mengalami beberapa kesalahan, tapi saya selalu belajar dari kesalahan-kesalah tersebut. Saya pernah membaca beberapa buku dan artikel  bahwa kita harus melihat segala sesuatu dari sisi positif. Sebaik mungkin selalu melihat dari kebaikan apa yang bisa diambil. Diam-diam saya selalu menerapkan hal tersebut pada diri saya, dan secara diam-diam pula saya selalu menerapkan itu kepada orang-orang di sekitar saya kalau mereka sedang down. Itu hal yang menyenangkan kok ternyata. Bisa dicoba dari hal kecil; berhenti untuk memikirkan kata “tidak” “bukan” “no” atau kata-kata negatif lainnya dan ubah ke kalimat yang lebih positif. Untuk step selanjutnya, coba untuk belajar melihat segala sesuatu dari sisi yang berbeda, selalu ambil kebaikan dan lupakan hal-hal yang tidak enak. It works on me.

Jadi sekarang saya sehari-hari sedang memikirkan bagaimana agar brand yang saya bangun bisa tumbuh dan berkembang, karena saya juga bukan siapa-siapa, jadi harus membangun benar-benar dari nol. Kalau orang yang sudah punya nama, pasti akan lebih mudah memasarkan brand mereka. Itu yang sedang saya pelajari. Alhamdulillah saya dapat bantuan dari orang-orang terdekat saya. Bantuan yang diberikan bukan hanya dalam bentuk moral dan dukungan, tapi benar-benar bantuan nyata yang saya terima secara langsung. Sekarang tugas saya untuk membesarkan apa yang menjadi mimpi saya.

Saya tahu dan sangat sadar bahwa ini bukan pekerjaan mudah, membangun sesuatu dari nol. Tapi saya akan terus mengusahakan yang terbaik. Banyak quotes yang menginspirasi saya.

When you can dream it, you can have it.

Dan pada saat saya sedang down, saya selalu mengingat apa saja yang sudah saya korbankan untuk hal ini, dan saya selalu ingat quote ini:


Remember why you start.


No comments:

Post a Comment