Ini sudah hari ke 16
artinya saya sudah tidak lagi mengabdi pada satu perusahaan yang telah
memberikan saya pengalaman dan pelajaran selama lebih dari 2 tahun. Ya, saya
telah memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya sebagai seorang banker
(Relationship Manager lebih tepatnya, atau mungkin orang jaman dulu sebut
Account Officer). Intinya pekerjaan saya adalah berkaitan dengan Sales dan
pencapaian target. Keputusan untuk keluar ini sudah saya pikirkan lebih dari 1
tahun, tapi memang butuh mental yang matang dan restu dari orang-orang sekitar.
Yang paling penting adalah dari orang tua saya dan calon suami saya. Calon
suami saya sudah mantap untuk mendukung langkah saya keluar, hal ini berkaitan
dengan prinsip. Dia memang orang yang memegang prinsip bahwa lakukan apa yang
membuat kamu senang. Bukan saya benci untuk bekerja menjadi seorang Banker,
tapi saya merasa itu bukan panggilan saya, saat ini. Banyak sekali yang saya
ingin coba. Menjadi seorang Banker sangat amat menyita waktu saya. Berangkat
pagi pulang malam, memang saya masih single dan belum berkeluarga, tapi saya
sangat visioner dan memikirkan dampaknya dalam jangka panjang. Saya akan
sharing nanti mengenai pemikiran saya ini.
Yang paling sulit adalah
meyakinkan orang tua saya, terutama ayah saya. Saya anak pertama dari dua
bersaudara, dan saya tau ayah saya sangat amat concern mengenai segala sesuatu terkait hidup saya. Dia tau
keinginan saya untuk keluar dari pekerjaan saya, yang dia syaratkan hanya agar
saya mendapatkan pekerjaan baru sebelum saya keluar. Saya sudah mencoba untuk
melamar ke beberapa perusahaan lain, ada yang sudah memanggil untuk interview
tapi memang belum beruntung saja. Saya merasa dalam diri saya bahwa itu bukan
panggilan saya. Saya sampai kehilangan akal bagaimana caranya supaya saya bisa
meyakinkan ayah saya bahwa saya mampu untuk bekerja keras dengan membangun
mimpi saya sendiri tanpa harus bergantung pada perusahaan orang lain. Ayah saya
mendukung apapun yang saya inginkan, syaratnya cuma itu. Sampai di akhir tahun
2015, saya harus masuk rumah sakit karena tipes. Panas saya tinggi hingga
mencapai 39.8 derajat. Dokter langsung menyarankan untuk opname. Sekitar 5 hari
saya di rawat. Memang saat itu waktu saya sangat tersita oleh pekerjaan dan
bisnis yang mulai saya rintis. Setiap weekdays saya mengabdi untuk perusahaan
dan hari libur saya selalu sempatkan untuk mengurusi bisnis saya. Saya sampai
hampir tidak punya waktu untuk mengurusi diri saya sendiri. Tapi saya senang,
karena setiap hari saya selalu menunggu weekend untuk segera datang dan pada
saat weekend saya melakukan apa yang membuat saya bahagia.
Oke kembali lagi pada saat
saya di opname. Orang tua saya tinggal di Surabaya, dan saya sekarang tinggal
di Jakarta bersama adik saya. Saya mencari pekerjaan di Jakarta karena adik
saya ingin melanjutkan kuliah di Jakarta. Jadi saya harus menjaga dia, maklum
anak bontot pasti banyak yang khawatir. Jadi pada saat saya di opname karena
kecapaian, akhirnya ayah saya mengatakan sesuatu yang membuat saya lega “Ya
sudah ayah ridho kalau kamu mau resign, daripada sakit-sakitan setiap tahun.”
Jadi sejarahnya memang di tahun 2015 kemarin saya sempat kena gejala tipes 2x
dan ambruk di akhir tahun lalu. Pada saat saya kena gejala tipes itu saya
menolak untuk dirawat dan bahkan saya tetap bekerja, karena memang tunggakan
pekerjaan yang menumpuk.
Setelah mendapat ridho
dari ayah saya, saya akhirnya memutuskan untuk memberikan surat pengunduran
diri di pertengahan Maret 2016, karena ada 1-month notice di kantor saya.
Singkat cerita, akhirnya saya keluar dari kantor saya dan sampailah saya pada
hari ini. Mulai dari tanggal 1 May 2016 saya sudah resmi keluar dari kantor
lama. Jadi sudah 16 hari saya bekerja dari rumah.
Saya mengurusi usaha yang
baru saya rintis. Berhubung saya sangat suka belanja dan saya juga suka
membantu orang-orang terdekat saya untuk memilihkan outfit yang cocok untuk
segala kebutuhan, jadi saya memutuskan untuk membuka fashion brand sendiri.
Brand saya sudah saya mulai dari bulan September 2015. Cuma memang karena fokus
terelah dengan pekerjaan saya yang lama, jadi progresnya lambat sekali. Saya
sudah sempat ikut beberapa pop up bazaar, sudah mengalami beberapa kesalahan,
tapi saya selalu belajar dari kesalahan-kesalah tersebut. Saya pernah membaca
beberapa buku dan artikel bahwa kita
harus melihat segala sesuatu dari sisi positif. Sebaik mungkin selalu melihat
dari kebaikan apa yang bisa diambil. Diam-diam saya selalu menerapkan hal
tersebut pada diri saya, dan secara diam-diam pula saya selalu menerapkan itu
kepada orang-orang di sekitar saya kalau mereka sedang down. Itu hal yang
menyenangkan kok ternyata. Bisa dicoba dari hal kecil; berhenti untuk
memikirkan kata “tidak” “bukan” “no” atau kata-kata negatif lainnya dan ubah ke
kalimat yang lebih positif. Untuk step selanjutnya, coba untuk belajar melihat
segala sesuatu dari sisi yang berbeda, selalu ambil kebaikan dan lupakan
hal-hal yang tidak enak. It works on me.
Jadi sekarang saya
sehari-hari sedang memikirkan bagaimana agar brand yang saya bangun bisa tumbuh
dan berkembang, karena saya juga bukan siapa-siapa, jadi harus membangun
benar-benar dari nol. Kalau orang yang sudah punya nama, pasti
akan lebih mudah memasarkan brand mereka. Itu yang sedang saya pelajari.
Alhamdulillah saya dapat bantuan dari orang-orang terdekat saya. Bantuan yang
diberikan bukan hanya dalam bentuk moral dan dukungan, tapi benar-benar bantuan
nyata yang saya terima secara langsung. Sekarang tugas saya untuk membesarkan apa
yang menjadi mimpi saya.
Saya tahu dan sangat sadar
bahwa ini bukan pekerjaan mudah, membangun sesuatu dari nol. Tapi saya akan
terus mengusahakan yang terbaik. Banyak quotes yang menginspirasi saya.
When you can
dream it, you can have it.
Dan pada saat saya sedang
down, saya selalu mengingat apa saja yang sudah saya korbankan untuk hal ini,
dan saya selalu ingat quote ini:
Remember why
you start.
No comments:
Post a Comment