Tuesday, June 7, 2016

WHAT FAMILY MEANS TO ME

Halo, blogger world. It's been a while. Sebenarnya saya sedang ada beberapa pemikiran yang ingin di tuliskan, hanya saja belum ada waktu. Saya lebih sibuk pada saat weekend daripada hari biasa. Sekarang baru sempat untuk menuliskan.

Buat saya, arti keluarga itu sangat amat penting. Memang saya tidak secara gamblang diajarkan oleh keluarga saya bahwa "Family over everything". Sejujurnya, saya belajar mengenai hal itu sendiri dari setiap kejadian yang saya alami dan dari semua artikel, pengalaman orang lain, dan buku yang saya baca. Bukan berarti keluarga saya tidak begitu, saya hanya lebih banyak belajar dari dunia luar.

Setiap wawancara pekerjaan atau organisasi (dahulu pada saat kuliah), saya selalu ditanya mengenai prioritas dan kelemahan kelebihan saya. Buat saya, nomor satu pasti keluarga. Mengapa? Saya baru paham memang apa yang diajarkan orang tua saya, terutama Ibu saya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung itu akan teringat dalam ingatan saya dan akan saya jadikan pedoman untuk hidup saya. Tidak semua yang ditunjukkan kepada saya akan saya telan mentah-mentah, saya juga sadar betul bahwa keluarga saya bukan keluarga yang sempurna. Ibu saya selalu berkata pada saya dulu dari saya SD sampai saya SMA (mungkin pada saat kuliah beliau menganggap saya sudah besar dan sudah paham jadi jarang sekali diulang-ulang). Beliau selalu berkata pada saya "Kalau kamu ada masalah, lebih baik diceritakan pada keluarga terlebih dahulu, apalagi jika masalah itu bersifat personal. Semarah-marahnya keluarga sama kamu, tidak akan pernah membuka aib keluarga sendiri di hadapan orang lain." Itu salah satu nilai yang masih saya pegang sampai sekarang. Bukan berarti kita sama sekali tidak boleh curhat sama teman. Jadi yang saya pahami dan saya terapkan sekarang adalah, kalau memang masalah saya sudah bersifat personal dan tingkat urgensinya tinggi, saya hanya akan cerita pada keluarga saya. Untuk masalah-masalah sehari-hari yang masih bisa saya selesaikan sendiri, ya akan saya selesaikan sendiri atau bertanya pada teman-teman dekat saja.


ini foto ayah, saya, adik saya, calon suami saya, dan ibu saya saat lamaran saya


Hal kedua yang memberikan saya pelajaran adalah, semenjak umum 16 tahun saya sudah dilepas untuk hidup sendiri di Jakarta, kota besar yang merupakan kota berkumpulnya orang-orang dari segala kalangan, segara penjuru daerah, sehingga menurut saya Jakarta merupakan kota dengan pemikiran terbuka. Dulu, waktu masih tinggal bersama orang tua saya, ya selayaknya anak remaja pada umumnya, banyak nasehat orang tua yang saya pikir hanya sekedar larangan. Sekarang, saya paham maksudnya. Tinggal jauh dari keluarga memberikan saya pelajaran bahwa hal yang berharga adalah sesuatu yang ada di depan mata kita, dan terkadang kita baru paham artinya setelah kita jauh dari hal itu.

Kesibukan untuk mencari uang sekarang banyak menjadi alasan untuk tidak meluangkan waktu dengan keluarga. Entah mengapa, yang penting bagi saya sekarang ini adalah waktu. Seberapa waktu yang diluangkan, seberapa pengorbanan yang diberikan. Buat saya, rejeki sudah ada yang atur, dan asalkan kita bekerja keras (sekaligus pintar) pasti kita bisa. Saya sendiri sudah melihat berbagai macam orang dengan pemikiran masing-masing mengenai pekerjaan, uang dan keluarga. Ada yang memang sependapat dengan saya, bahwa keluarga nomor satu. Tapi saya juga pernah melihat orang yang put their job over their family. Saya menghargai apapun pendapat orang lain. Hanya saja, karena pemikiran saya yang memang sangat mementingkan keluarga, terkadang dalam diri saya merasa kasihan dengan orang-orang seperti ini. Buat saya, bukan pekerjaan yang akan menolong kita pada saat kita berada di titik terbawah, pada saat kita membutuhkan, bahkn mungkin pekerjaan tidak akan peduli apa yang kita rasakan, apa yang terjadi pada kita, apakah hari itu kita sehat atau sedang sakit. Buat saya, keluarga saya (dan orang-orang terdekat saya juga) yang selalu ada untuk saya saat saya butuh, dan saya sangat tidak keberatan untuk mengutamakan kepentingan orang-orang yang juga mengutamakan saya. Bukan berarti saya bukan orang pekerja keras. Jika saya sudah menyukai suatu hal, saya termasuk orang yang agak ambisius dan keras. Tetapi kita harus tahu porsi tanggung jawab, baik dalam hal pekerjaan dan juga keluarga. Saya termasuk orang yang menerapkan sistem bekerja sesuai dengan apa yang saya dapat dan diharuskan untuk dikerjakan, terutama jika bekerja di perusahaan orang lain. Mungkin akan sedikit berbeda dengan sekarang saat saya bekerja sendiri, karena salah satu alasan saya ingin membangun bisnis sendiri adalah agar waktu kerja saya yang mengikuti waktu saya dan keluarga, bukan sebaliknya.

Selain mengenai pekerjaan dan uang, saya juga melihat banyak pengalaman dari orang-orang di sekeliling saya yang put family's interest aside because they think too much about other people. Sebenarnya bukan hanya mengenai pekerjaan. Saya juga pernah melihat seseorang tidak mementingkan kepentingan keluarganya karena tidak enak dengan bosnya, padahal ada acara keluarga yang sangat penting tetapi karena tidak enak sehingga dia mengesampingkan kepentingan keluarganya. Selain mengenai pekerjaan, ada juga pengalaman orang lain yang saya ketahui, yaitu mengenai relationship. Sebagai seorang perempuan, pasti kita ingin menyenangkan orang tua pasangan kita. Tetapi jangan lupa, bahwa kita juga punya orang tua dan keluarga yang harus dibahagiakan juga. Jangan sampai kita sibuk membuat orang lain bahagia, tetapi lupa akan kebahagiaan orang tua sendiri.

Ini hanya pemikiran saya mengenai arti keluarga, terutama orang tua (karena saya belum menikah, nanti setelah menikah dan sudah menjalani, mungkin saya akan membuat artikel mengenai pentingnya patuh dengan suami :p). Feel free to comment or ask anything.

Selamat berpuasa!

No comments:

Post a Comment